
Ordianus Kolo adalah seorang pemuda dari Desa Weihura, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, yang kisah hidupnya mencerminkan tantangan sekaligus peluang bagi generasi muda di pedesaan. Sebelum mengenal pertanian, Ordi sempat merantau ke Bali dan bekerja sebagai nelayan. Namun, penghasilan yang tidak menentu membuat hidupnya tidak berkembang, hingga ia memutuskan kembali ke kampung halaman.
Perubahan hidupnya dimulai ketika ia bertemu dengan Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) melalui pendampingan Technical Field Officer (TFO). Lewat sesi pelatihan, Ordi diperkenalkan pada budidaya tomat Gusatvi F1 Cap Panah Merah. Dengan tekad besar, ia membuka lahan dan menanam 1.800 pohon tomat.
Tantangan langsung ia hadapi saat musim kemarau panjang melanda. Dari ribuan pohon yang ditanam, 1.200 mati, hanya sekitar 600 yang bertahan. Meski kondisi ini sempat mengguncang, Ordi tidak menyerah. Ia terus merawat tanaman yang tersisa hingga akhirnya berhasil memanen tomat yang memberi harapan baru bagi keluarganya. “Dulu saya bekerja sebagai nelayan yang penghasilannya tidak menentu. Sekarang dari bertani tomat, saya bisa melihat masa depan yang lebih baik dan jelas untuk keluarga saya,” tambahnya.
Dari 600 pohon yang bertahan, Ordi berhasil memanen 1.196 kg tomat dengan nilai penjualan mencapai Rp25.955.000. Keberhasilan ini menjadi modal semangat untuk terus melangkah. Kini, ia mulai memperluas lahannya seluas 2.000 m2 dengan menanam pakcoy, mentimun, bawang merah, dan semangka. Dari hasil panen beragam komoditas tersebut, Ordi mencatat keuntungan sekitar Rp52 juta.
Perjalanan ini menunjukkan bahwa kerja keras, ilmu yang tepat, dan keberanian mencoba membuka jalan bagi generasi muda. Buktinya, Ordi bukan hanya membangun kesejahteraan keluarganya, tetapi juga menjadi inspirasi bahwa pertanian bisa menjadi masa depan yang menjanjikan.