Perjuangan Petani Sayuran Difabel di Flores Timur

Uploaded

Perjuangan Petani Sayuran Difabel di Flores Timur

Ini adalah cerita saya dan Stefanus Dedi Tukan, seorang pemuda asal Boru, Nusa Tenggara Timur.

Saya bertemu No Dedi–begitulah sapaan khas masyarakat Flores Timur untuk seorang anak laki-laki–pada Bulan Mei 2021, tepatnya ketika kami melakukan sosialisasi awal untuk Ganesha Youth Project. Pada saat itu, saya tidak mengetahui banyak tentang No Dedi, hanya sebatas nama panggilan dan tempat tinggal saja.

Selama tiga bulan berjalannya program, saya berkesempatan untuk mengenal No Dedi lebih dalam. Melalui obrolan santai yang diselingi lelucon, saya mulai memahami kisah anak muda ini. Ia adalah seorang difabel yang berasal dari keluarga sederhana. Ibunya bekerja sebagai pedagang sayur di Pasar Boru, sementara saudaranya kini sedang berkuliah di salah satu instansi di Flores Timur. Layaknya anak muda pada umumnya, pembawanya lugu dan penuh dengan lelucon lepas yang mampu mencairkan suasana.

Saat ini, No Dedi menjadi salah satu tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh harian dengan penghasilan yang tidak tetap. Tidak hanya itu, ia pun menanam sayuran di lahan kecilnya. Ketika saya bertanya mengenai alasannya untuk bertani, jawabannya membuat saya tersentuh. “Saya ingin membantu keseharian keluarga dan biaya kuliah kakak,” ujarnya.

No Dedi memberi banyak pelajaran hidup yang menjadi tamparan sekaligus motivasi bagi saya. Dari pertemuan singkat kami, saya belajar banyak mengenai keberkahan dan perjuangan yang tiada akhir dalam hidup. Hal ini mendorong saya untuk bisa bekerja lebih keras lagi agar bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang di sekitar saya.

Salam hangat,

Arnol Jemadu.

Other Pengembangan Pemuda