
Memulai sesuatu yang baru memang tidak pernah mudah, apalagi di bidang yang belum pernah kita jalani sebelumnya. Itulah yang dirasakan Kaka Maria Melty Dendot, seorang perempuan muda dari Desa Compang Lony, Kecamatan Rana Mese, Manggarai Timur. Dengan cuaca yang sering mendung dan hujan, bertani di wilayahnya terasa penuh ketidakpastian. Bagi Maria, yang tidak memiliki latar belakang pertanian maupun hortikultura, menjadi seorang petani tampak hampir mustahil.
Situasi mulai berubah ketika Maria mengikuti sosialisasi yang dilakukan oleh Technical Field Officer (TFO) YBTS. Berbekal ilmu dan dukungan yang ia terima, Maria memberanikan diri mencoba menanam cabai Rawita F1 Cap Panah Merah di lahan kecil miliknya. Awalnya tidak berjalan mulus; bibit cabai yang baru dipindah tanam habis dipatok ayam. Itu bisa saja menjadi alasan untuk berhenti, tetapi Maria memilih untuk terus melanjutkan. Dengan pendampingan yang konsisten dan semangat belajar, ia tetap merawat tanamannya.
Keteguhan itu membuahkan hasil. Pada musim tanam pertamanya, Maria berhasil memanen 243,5 kilogram cabai Rawita F1, disertai 172 ikat sawi (caisim dan pakcoy) sebagai tanaman pendamping. Dari panen tersebut, ia memperoleh pendapatan total sebesar Rp8.977.000. Lebih menggembirakan lagi, tanaman cabainya tetap produktif setelah panen pertama dan menunjukkan potensi hasil yang berkelanjutan.
Dalam refleksinya, Maria mengatakan bahwa pendampingan membuatnya lebih percaya diri. “Awalnya saya ragu, apa bisa bertani sendiri dan hasilnya cukup? Tapi setelah didampingi YBTS, saya jadi lebih percaya diri. Bimbingannya jelas dan langsung praktik di lapangan. Sekarang saya sudah bisa panen dan punya penghasilan sendiri dari hasil bertani,” ungkapnya.
Perjalanan Maria menegaskan betapa pentingnya pengetahuan dan pendampingan dalam dunia pertanian. Dengan dukungan yang tepat, bahkan petani pemula pun bisa melewati tantangan dan meraih hasil yang meningkatkan kesejahteraan sekaligus kepercayaan diri.