
Kabupaten Biak, Papua, kerap dijuluki Kota Karang Panas dikarenakan kondisi lahan yang kurang subuh. Akan tetapi, hal ini tidak menyurutkan semangat para petani di sana. Buktinya, dengan pendampingan Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS), mereka mampu membudidayakan tomat dan cabai dengan hasil panen yang optimal. Program ini telah sukses memberikan hasil yang baik di dataran Biak Utara, Timur, dan Barat.
Seorang ketua tim petugas lapangan dari YBTS, Ganang Foton Prakoso, menjelaskan bahwa petani perlu memilih bibit dan varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan yang akan ditanami. Contohnya, petani di Biak disarankan untuk menggunakan bibit tomat Servo F1 atau Gustavi F1 yang lebih sesuai untuk dataran rendah dan memiliki ketahanan yang baik terhadap virus serta cuaca ekstrem. Ganang pun menambahkan bahwa terlepas dari tanah di Biak yang relatif berkarang, masih banyak lahan yang bisa ditanami. “Jika komposisinya 70% tanah dan 30% karang, maka masih ideal untuk dijadikan lahan pertanian,” ujarnya.
Bomasi Rumanasen, adalah salah satu petani binaan YBTS yang berhasil membudidayakan tomat di tengah kondisi lahan yang ekstrem. Ia membudidayakan tomat varietas unggul Servo F1 di lahannya yang berlokasi di Kampung Kajasbo, Biak Timur. Jumlah tanaman di lahannya memang tidak terlalu banyak, hanya 300-400 tanaman tomat. Hanya saja, kualitas tanaman yang diperoleh sangatlah baik. Bomasi bisa memanen lima buah tomat dari satu tangkai tanaman.
Produktivitas petani di daerah Biak berbeda-beda, hal ini bergantung pada luas lahan yang mereka miliki. Umumnya, terdapat tanah seluas setengah sampah satu hektar untuk dijadikan kebun percontohan di setiap kampung. Tanah seluas setengah hektar ini dapat memperoleh hasil panen sebesar 1,8 ton tomat atau 650 kg cabai rawit.
Saat ini, Ganang fokus untuk mendampingi petani agar dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal. Menurutnya, perkembangan pertanian di Biak harus dilaksanakan secara bertahap. “Karena kami mendampingi petani dari nol, jadi harus bertahap dan tidak bisa terburu-buru. Kami tidak bisa langsung melepas petani untuk menanam di lahan yang luas, semua ada prosesnya,” ujarnya.