
Ana Leko merupakan sebuah kelompok tani di Desa Pero. Di antara dua puluh orang anggota kelompok tani, terdapat sosok Cornelia Arista Bouka, atau Ibu Rista, yang dengan gigih menggerakan anggota lain untuk terus mengembangkan lahan mereka. Pada mulanya, ia dan anggota lainnya membudidayakan jagung dan cabai rawit. Hanya saja, hasil yang diperoleh dinilai kurang maksimal karena minimnya pengetahuan dan sarana yang mereka miliki. Akibatnya, keuntungan yang didapat dari hasil panen pun relatif rendah.
Adanya pendampingan dari Yayasan Bina Tani Sejahtera (YBTS) melalui program Peningkatan Mata Pencaharian Pertanian melalui Pendekatan Terpadu (PERMATA) yang didukung William & Lily Foundation (WLF) mampu meningkatkan kemampuan para petani. Para anggota Ana Leko mendapatkan pengetahuan yang dapat mereka langsung aplikasikan di kebun. Sebagai hasilnya, mereka berhasil memperoleh Rp 10.800.000 dari 1.200 tanaman tomat. Pedagang yang datang langsung untuk membeli hasil panen pun merasa puas dengan produk yang mereka dapatkan. Tentunya, hal ini memotivasi para petani untuk terus mengembangkan lahannya masing-masing.
Tidak berhenti di situ, Ibu Rista pun menjadikan sektor pertanian sebagai lapangan pekerjaan baru bagi pemuda lulusan SLTA yang tidak melanjutkan pendidikan. Ia menyediakan benih, pupuk, dan pestisida untuk sepuluh orang pemuda. Nantinya, hasil panen dari lahan seluas 500 meter persegi tersebut akan menjadi pendapatan mereka.
Peningkatan hasil panen tidak hanya berdampak pada kondisi ekonomi, tetapi juga konsumsi makanan sehat warga lokal. Kini, warga di Desa Pero memiliki opsi sayuran lain untuk dikonsumsi, seperti sawi, kangkong, tomat, wortel, dan kacang panjang. Komoditas ini banyak dikembangkan di kebun masing-masing petani.
Ke depannya, Ibu Rista berharap Ana Leko dapat terus berkembang, sehingga dapat bertani secara mandiri tanpa bimbingan dari tim YBTS dan WLF. Ia pun memiliki cita-cita untuk membeli motor roda tiga yang dapat digunakan untuk mendistribusikan hasil panen anggota kelompok tani. Ana Leko berkomitmen untuk terus mengembangkan lahan mereka untuk memperbaiki kondisi ekonomi masing-masing anggotanya. “Kami akan tetap bersemangat menanam karena buku kami adalah kebun dan pena kami adalah cangkul,” ujat Ibu Rista.